Jumat, 12 Februari 2010

Imlek Vs Valentine

Perayaan Imlek 2010 ini agak sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena bertepatan dengan Valentine’s Day. Bagi kalangan yang sudah berumur, tak ada yang perlu dirisaukan. Tapi bagi pasangan muda yang sedang dimabuk cinta, ini jelas suatu dilema. Pulang ke rumah dan merayakan hari Imlek bersama keluarga besar, atau melewatkan hari romantis bersama pasangan?

Pertanyaan ini timbul ketika beberapa hari yang lalu aku chatting via QQ dengan teman sekelasku yang berasal dari Beijing. Shan, begitu biasa cewek manis ini disapa. Pacarnya yang kebetulan juga teman sekelas kami juga berasal dari Beijing. Menjelang Imlek Shan begitu gelisah sampai menulis “Andai Valentine’s Day 10 Februari…” di status QQ-nya. Aku jadi tertarik buat mengajaknya chat.

Shan yang periang langsung menuliskan semua kegusarannya bahwa Imlek tahun ini pacarnya ke Guangzhou bersama keluarga besarnya untuk menemui Kakeknya. Lalu, salahnya di mana ya, begitu tanyaku dalam hati. Ternyata Shan sudah merencanakan Valentine’s Day yang romantis buat mereka berdua, mengingat ini mungkin tahun terakhir mereka bersama, mengingat setelah lulus S1 Juli nanti, Shan akan meneruskan S2 ke luar negeri. Jadi Valentine’s Day kali ini bisa dibilang yang terakhir. Tapi karena bertepatan dengan Imlek dan si pacar harus mudik, semua rencana manis itu jadi buyar.

Hari raya Imlek merupakan saat yang sangat dinantikan oleh semua masyarakat China terutama suku Han, karena merupakan waktu untuk berkumpul menikmati sajian spesial berupa dumpling atau hanya sekedar mengobrol bersama sambil minum bir. Tak jauh berbeda dengan di Indonesia saat menjelang hari raya, orang bisa melakukan segala cara buat sekedar mendapatkan selembar tiket kereta. Antri selama 6-8 jam bahkan bermalam di stasiun demi bisa pulang kampung pun dijambani. Harga tiket yang melambung akibat ulah calo tak digubris. Berkumpul bersama keluarga, inilah tujuan utama.

Shan mengerti benar bahwa mudik menjelang hari raya Imlek itu sudah menjadi suatu keharusan, sehingga dia tak berani berkutik ketika sang pacar pamit buat ke Guangzhou. Tapi namanya juga orang yang sedang kasmaran, rasa tak rela tetap saja mendera. Belum sempat aku mengobrol lebih lanjut, Shan tiba-tiba offline.

Setelah chat dengan Shan aku iseng-iseng mengetik “Imlek 2010, Valentine’s Day, Dilema” di Baidu (Google-nya China, dan tentu saja aku search dengan bahasa Mandarin), surprise juga saat mendapati ada ratusan blog yang menulis artikel pendek, puisi, bahkan sekedar keluh kesah tentang “tabrakan maut” Imlek dan Valentine’s Day ini. Ada yang menulis bahwa melewatkan Valentine’s Day bersama pacar lebih penting karena Imlek toh setiap tahun sama saja, tak ada yang spesial. Sebaliknya, ada juga yang menulis bahwa berkumpul bersama keluarga adalah yang paling utama, karena pacar itu belum tentu berakhir dengan menikah, dan saat-saat romantis itu tak hanya di hari Valentine saja. Well, ternyata Shan tak sendirian.

Meski aku tak merayakan keduanya, tapi aku bisa mengerti kegusaran rekan-rekan seperti Shan. Dan mungkin jika aku menemui situasi seperti ini, aku akan mengakalinya dengan salah satu ‘solusi’ di bawah ini:

1. Paket Cinta

Mudik sudah pasti pilihan yang tak dapat dielakkan. Tapi bukan berarti dengan memilih mudik kita lantas melupakan pasangan yang jauh di sana. Mengirimkan kado kecil berikut kartu ucapan yang berisi puisi pendek bisa menjadi kejutan manis buat menggantikan kehadiran. Perhatian dan kasih sayang tak harus ditunjukkan dengan terus berada di samping pasangan setiap saat. Apalagi di saat kita harus memilih antara keluarga dan pacar seperti ini. Mungkin “Paket Cinta” yang kita kirim dari jauh ini bisa mengobati kekesalan pasangan yang (mungkin saja) merasa agak sedikit tersisihkan alias dinomorduakan.

2. Menunda Valentine

Bila Shan menulis “Andai Valentine’s Day 10 Februari…” maka aku malah berpikir sebaliknya. Menjelang Imlek, seluruh keluarga sibuk mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari pakaian, perabotan, acara bersih-bersih, sampai mempersiapkan makanan buat hari raya. Belum lagi semua barang yang harganya jadi melambung.

Tak ada salahnya menunda perayaan Valentine’s Day. Sepulang dari liburan panjang bersama keluarga, Valentine yang tertunda bisa dirayakan tanpa beban dan tentu saja dengan persiapan yang lebih matang dan tidak tergesa-gesa. Siapa tahu harga cokelat, mawar dan boneka jadi lebih murah setelah Imlek? Jadi sisa uangnya bisa buat membeli permen warna-warni buat dinikmati bersama di taman.

Sebenarnya Imlek dan Valentine itu bukan pilihan yang sulit. Tinggal bagaimana kreativitas kita untuk mengakalinya saja. Tentu saja kesediaan untuk mengalah dengan membiarkan pasangan mudik dan berkumpul bersama keluarganya juga satu yang tak bisa luput. Bila yang ada di pikiran hanya kegusaran dan egoisme yang mendominasi, takutnya kedua hari penting itu malah dilewati dengan wajah muram dan hati yang sedih. Santai dan nikmati saja hari-hari yang memang seharusnya dilewati dengan tawa dan bahagia itu.

Oke, ini saatnya buat menelepon Shan yang sedang gusar. Siapa tahu ini bisa menjadi solusi buatnya.

Happy Chinese New Year and Happy Valentine’s Day buat Kokiers!

Snowing, February 2010

Meazza


Sumber: http://kolomkita.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar